Inafeed.com – Seorang santri Hafizh (penghafal Quran) bernama Mohamad Thaqif Amin Mohd Ghaddafi (10), pada April lalu sempat menghebohkan Malaysia atas kematiannya yang di duga meninggal akibat dihukum gurunya di pondok pesantren.
Kejadian tragis yang menimpanya itu benar-benar seperti bukan prilaku kemanusiaan. Mohd Thaqif, meninggal setelah kedua kakinya diamputasi akibat dipukuli oleh staf madrasah menggunakan pipa. Anak laki-laki berusia 11 tahun itu mengalami koma, setelah diduga mengalami penyiksaan di sebuah madrasah swasta di Kota Tinggi, Negara Bagian Johor.
Sebelum mengembuskan nafas terakhir, bocah ini telah dijadwalkan menjalani amputasi tangan.
Kasus kekejaman tersebut pun langsung diurus oleh pihak kepolisian namun kini polisi masih belum bisa menetapkan tersangka.
Dan saat ini kabarnya pihak kepolisian akan membongkar ulang makam Hafizh Mohamad Thaqif untuk dilakukan proses penyelidikan.
Penggalian makam Mohamad Thaqif dilakukan pada Jumat (19/5/2017) pagi. Proses penggalian dikabarkan lancar, namun saat proses penggalian usai ada sebuah pengakuan mengejutkan dari pihak keluarga mendiang Mohamad Thaqif .
Dalam pengakuan yang diungkapkan lewat media Malaysia, Sinar Harian mengabarkan jika ternyata jenazah Mohamad Thaqif ternyata masih dalam kondisi bagus dan tidak berbau.
“Allah menunjukan kebesaran-Nya. Kaki yang dipotong dan tubuh santri ini tidak rusak atau berbau busuk biarpun sudah hampir sebulan jenazahnya dikebumikan,”
“Keadaannya, seolah-olah masih baru ditanam semalam!” kata ayah mendiang Thaqif, Masarif.
“Allahuakabar!! Kakinya yang dikubur beberapa waktu tidak hancur. Bahkan badannya juga tidak hancur, sama seperti baru dikebumikan. Betul-betul menginsafkan saya. Masya Allah. Allah maha berkuasa,” kata Arif lagi.
Sebelum meninggal, Thaqif sempat menuliskan catatan harian tentang pemukulan yang dialaminya di sekolah tahfiz tersebut bulan lalu. Catatan harian itu ditulis hanya dua bulan setelah sang ibu mengirimkannya ke asrama di madrasah tersebut. Mereka rela mendapat giliran pertama untuk dipukuli agar bisa tidur cepat karena harus bangun pukul tiga pagi untuk shalat subuh.
“Keponakan saya mengatakan terkadang dirinya dan temannya menjadi relawan untuk dipukul lebih dulu sebelum tidur,” ujar Dzuraidah seperti dilansir dari Freemalaysiatoday.com, Kamis (27/4/2017).
“Dia (Thaqif) menuliskan bagaimana dirinya dipukul tanpa alasan, dan dia mengaku tidak tahan dengan perlakuan serta minta untuk dipindah ke sekolah lain,” kata Dzuraidah.
Catatan harian korban menyebut, jika seorang siswa membuat kesalahan di sekolah swasta itu, maka seluruh santri akan dihukum.
Salah satu tulisan di catatan harian tersebut menyebut sosok staf sekolah yang menyiksa dirinya hingga koma.
“Ya Allah, tolong bukakan hati orangtua saya untuk mengizinkan saya pindah ke sekolah lain, karena saya sudah tidak tahan.
Tolong ya Allah, kabulkan keiningan saya,” demikian potongan catatan harian Thaqif seperti dikutip The Star.
Sejak saat itulah kabar berita duka dari Mohd Thaqif ini membuat heboh natizen. Dan kini pihak kepolisian terus mengusut kasut tersebut untuk dicari siapa pelaku utama karena di duga pelaku telah melarikan diri.