Inafeed.com – Seorang wanita Indonesia bernama Dilfansyah Rahmani mengaku punya pengalaman yang sungguh beda selama tiga minggu terakhir, dia berada di kamp pengungsi Suriah, Ain Issa.
Dalam pengakuannya, Dilfansyah telah ditipu oleh kelompok teroris atau ISIS. Dilfansyah Rahmani yang berada bersama sembilan perempuan lain, dan tiga anak-anak di kamp pengungsi itu merekam suaranya dan berhasil mengungkap semua fakta setelah dibantu dengan petugas di kamp itu Omar Allouche.
Pengalaman pahitnya bermula ketika lima laki-laki yang pergi bersama mereka saat ini berada di penjara Kobane, Suriah.
Menurut seorang petugas dari kelompok pegiat hak asasi Human Rights Watch, Ole Solvang, mengatakan, Pemerintah Suriah biasanya memenjara mereka yang keluar dari wilayah ISIS.
“Laki-laki (yang bersama kami) tak ada yang pernah berperang bersama ISIS,” kata Dilfansyah.
“Kami semua benci sama mereka dan kami tertipu oleh mereka. Kami ingin ke luar dari ISIS, lebih dari setahun lalu, namun baru bisa menemukan jalan ke luar sekarang,” kata dia, dilansir dari grid.id (5/7/2017).
“Kami di sini sudah tiga minggu, dan ingin sesegera mungkin kembali ke Indonesia,” kata perempuan yang mengharapkan bantuan dari Pemerintah Indonesia itu.
Sementara itu, Solvang mengatakan ada sekitar 12.000 orang di kamp Ain Issa, dan sebagian besar adalah warga Suriah yang menyelamatkan diri dari perang antara pemerintah melawan ISIS. Mereka adalah keluarga asing, termasuk dari Indonesia, Tunisia, dan juga dari Rusia, kata Solvang.
Solvang mengaku sudah bertemu dengan sembilan perempuan Indonesia di Ain Issa.
“Mereka mengatakan ingin kembali ke Indonesia tapi menunggu lima pria yang pergi bersama mereka. Kelima pria berada di penjara Kobane, jadi terpisah waktu keluar.”
“Saya tak tahu mengapa (mereka dipenjara), tapi sering terjadi bahwa pemerintah menahan orang yang keluar dari Raqqa dan diperiksa apakah mereka angggota ISIS atau terkait dengan organisasi terkait ISIS.”
“Sebagian orang asing yang kami tanyakan mengaku pergi ke Raqqa tanpa menyadari apa itu ISIS. Setelah itu mereka ingin ke luar tapi tak bisa.”
“Ada yang suaminya ISIS, tapi kami tak bisa pastikan,” kata Solvang lagi.
Tak hanya itu saja, Solbang juga mengatakan kondisi di kamp saat ini sangat panas dengan suhu yang mencapai 45 derajat celcius.
Hingga pada akhirnya semua pengalaman pahitnya terungkat ketika rekaman yang didapat BBC Indonesia 23 Juni lalu berhasil disebarluaskan.
Dalam rekaman itu, Dilfansyah mengatakan “kondisi kami di sini juga banyak yang sakit sakitan, uang semakin menipis.”
Kamp Ain Issa berada sekitar 50 kilometer di utara Raqqa, yang saat ini digempur oleh pasukan pemerintah Suriah dengan bantuan militer Amerika Serikat. Ribuan orang ke luar dari Raqqa, dan banyak yang ditampung di Ain Issa.
Kepada kantor berita AFP pertengahan Juni, Dilfansyah mengatakan, apa yang dilakukan ISIS sebagai kebohongan.
“Semua bohong, ketika kami memasuki wilayah ISIS, masuk ke negara mereka, yang kami lihat sangat berbeda dengan apa yang mereka katakan di internet.”
Disana banyak sekali kekejaman yang dilakukan ISIS mulai dari pemenggalan kepala hingga memenjarakan manusia yang tak bersalah.