Inafeed – Kasus kebakaran hutan selalu menyertai pergantian musim yang kini sudah memasuki musim kemarau. Panasnya cuaca serta teriknya matahari membuat sejumlah hutan di wilayah Indonesia rentan terbakar.
Namun tak jarang pula kebakaran hutan dipicu oleh tangan-tangan nakal, yang sengaja membakar lahan demi kepentingan sendiri atau membuang puntung rokok yang masih dalam keadaan hidup.
Jika hal ini sudah terjadi, maka prajurit dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) lah yang harus turun tangan memadamkan api.
Perjalanan mereka untuk meminimalisir kebakaran hutan tentu saja tidak mudah, dan penuh diwarnai suka maupun duka.
Dijelaskan oleh Imam Effendi, prajurit TNI Angkatan Darat yang bertugas di Batalyon Arhanudse 13 Pekanbaru, Riau, yang dilansir dari Kompas.com, ia bersama puluhan prajurit lainnya setiap hari harus berada di bawah terik matahari yang menyengat di kepala untuk memadamkan api, serta berangkat dari pagi dan pulang menjelang malam.
Tempat tinggal dan makanan jangan ditanyakan lagi, tentu jauh dari kata mewah.
Mereka tiap hari makan seadanya dan tinggal di sebuah camp yang tentu tidak tersentuh jaringan internet, sehingga sulit untuk mereka bisa berkomunikasi dengan keluarga disaat rindu.
“Di sini susah sekali sinyal. Kadang mau nelepon istri dan anak-anak di Pekanbaru, karena rindu,” tutur pria berpangkat Sersan Dua (Serda) tersebut.
“Kalau mau nelepon pas malamnya saja. Tapi, harus mutar-mutar di sekitar camp cari sinyal dulu. Itu pun putus-putus. Tapi, enggak sampai panjat pohonlah,” lanjutnya.
Belum lagi harus berjalan kaki berkilo-kilo meter sambil menggendong air dalam tangki pompa air manual.
“Titik api ada yang di dekat kanal, tapi ada pula yang jauh. Di lokasi juga pengap karena asap tebal. Saya pas awal masuk sempat pusing dan mual,” kata Imam.
Meski penuh suka dan duka, Imam dan juga rekannya yang lain tetap semangat menjalani tugasnya, dalam membantu penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan.