Inafeed – Pappa (74) tampak kuyuh dan lusuh. Suami Mariam (70) warga Desa Osango, Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar) itu, tetap berusaha kuat dan tegar menghidupi istri dan dua cucunya yang masih kecil-kecil. Padahal, pasangan lanjut usia (lansia) ini hidup dengan kondisi sangat memprihatinkan.
Mereka tinggal disebuah gubuk reot yang lebih mirip kandang ayam. Ironisnya, gubuk tersebut hanya berjarak 500 meter dari Kantor Bupati Mamasa yang megah. Selama ini, belum ada yang peduli dengan kehidupan keluarga lansia tersebut.
Gubuk milik Pappa hanya berdinding anyaman bambu, beratapkan alang-alang yang sudah mulai lapuk, dan bolong-bolong. Begitu pun tiang-tiang penyangga rumah yang terbuat dari kayu, sudah miring dan nyaris rubuh.
Pappa tidak bisa berbuat banyak untuk keluarganya, untuk makan sehair hari dia hanya bekerja sebagai pengrajin anyaman tapis beras.
Terkadang dalam seminggu pasangan langsi malang ini hanya bisa menjual paling banyak 3 atau 4 buah saja.
Menurutnya Mariam istri Pappa, sudah sekitar 10 tahun mereka tinggal di gubuk reot itu bersama keluarganya. Kondisinya lebih memperihatinkan jika hujan turun, air masuk ke dalam rumah hingga pasangan langsia dan kedua cucunya kadang kedinginan.
“Jika hujan deras agar tidak kebasahan, kami menyulam atap gubuk dengan menggunakan sejumlah plastik bekas seperti plastik-plastik mie istan dan snack. Yang penting hujan tak masuk ke rumah,” tutur Maryam.
Meski sudah bertahun-tahun hidup digubuk reot, mereka tak kunjung mendapat perhatian dari pemerintah. Pemda seakan menutup mata dengan kondisi kedua pasangan langsia ini. Kedua pasturi ini berharap agar pemerintah terkait dapat membantu mereka untuk membangun rumah yang layak untuk tempat tinggal.
Sumber: SindoNews