Inafeed.com – Junaedi seorang petugas makan di TPU Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur. Junaedi yang telah bekerja hampir enam tahun ini mengaku jantungnya berdegup kencang saat menyaksikan dari jauh sebuah mobil ambulans perlahan mendekati areal pemakaman.
Berbeda dengan biasanya, kini jenazah yang akan dimakamkan adalah korban Covid-19. Pemakaman jenazah Covid-19 ini harus dengan protap dan mengiuti prosedur yang ketat. Para petugas harus memakai alat pelindung diri (APD).
Juanedi semakin takut ketika jenazah hendak diturunkan dari mobil ambulans untuk dimakamkan. Ia juga mengaku masih sangat khawatir saat pertama kali. Seketika rasa cemas dan takutny berkurang, setelah ia dan petugas makam lainnya yang hanya perlu waktu 10 menit untuk memakamkan satu jenazah.
Hari-hari selanjutnya, Junaedi sudah tidak takut lagi karena mulai terbiasa. TPU Pondok Ranggon telah mencatat jenazah pertama korban Covid-19 pada 15 Maret 2020. Di pemakaman itu ada 4 grup petugas makam dengan jumlah 22 orag per grup.
Setiap grup bertugas selama seminggu dan setiap hari menggali minimal 20 liang lahat secara manual. Semakin hari jumlah jenazah semakin bertambah dan pernah satu hari jenazah yang harus dimakamkan berjumlah puluhan.
Junaedi mengakui para petugas makam harus stand bay dan cepat saat giliran jaga jarena beberapa ambulans datang secara bersamaan. Pemakaman satu jenazah hanya membutuhkan waktu 10 menit karena untuk meminimalisir risiko terhadap penggali makam.
Dia juga memastikan seluruh petugas makam melakukan penguburan jenazah sesuai protap Covid-19 dari Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta. Ia juga telah menyerahkan semuanya Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan menjalani tanggung jawabnya sebagai petugas makam dengan ikhlas.
“Alhamdulillah sekarang sudah biasa aja,” ucap Junaedi tersenyum.
Kini, Junaedi telah bisa mengatasi ketakutannya sendiri sebagai petugas yang harus memakamkan jenazah korban Covid-19. Namun, kini kekhawatira muncul pada keluarga dan tetangga sekitar rumahnya. Mereka khawatir dan berpikir bahwa Juaedi sebagai pembawa Virus Corona (Covid-19) ke lingkungan tempat tinggalnya.
Junaedi pun memberikan pemahaman dan pengertian kepada anggota keluarga dan para tetangga bahwa proses pemakaman dari awal sampai akhir dilakukan dengan protap Covid-19.
Para petugas pemakaman yang ertugas memakamkan jenazah harus menggunakan jas hujan, sarung tangan, sepatu boot dan masker. Para petugas itu pun disemprotkan disinfektan pada seluruh tubuhnya sebelum dan sesudah memakamkan jenazah. Jas hujan yang mereka gunakan harus langsung dibuang setelah digunkan. Karena jas hujan tersebut hanya untuk sekali pakai saja.
Sepulang dari pemakaman Junaedi harus membersihkan dirinya dengan mandi bersih menggunaan sabun.
“Maka, kecil kemungkinan untuk saya pribadi kembali ke lingkungan membawa virus,” ucap dia.
Akhirnya, keluarga dan para tetangga memmahami dan menghargai pekerjaan Juanedi sebagai petugas makan yang salah satunya memakamkan jenazah korban Covid-19.