Inafeed.com – Putri sulung pasangan tunanetra asal Pedukuhan Siyono Wetan, Kalurahan Logandeng, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul, bernama Ishma Tukha (13) merasa gundah karena ponselnya dicuri tamu kedua orang tuanya pada Rabu (20/8/2020) kemarin.
Padahal, telpon tersebut sangat penting untuk pelajar kelas 8 MTSN 4 Wonosari itu. Melalui ponsel tersebut, ia dan adiknya, Muhammad Nastain, bisa mengerjakan tugas dari sekolah. Kini ia bingung karena tidak mungkin saat ini meminta kedua orang tuanya untuk membelikannya ponsel baru. Kedua orang tua sedang terpuruk akibat pandemi Covid-19 lantaran pelanggan yang datang untuk memanfaatkan jasa mereka menjad berkurang.
“Bapak sama Mamak hanya tukang pijat. Sekarang sangat sepi,” ujar Ishma pada SuaraJogja.id, didampingi kedua orang tua dan adiknya.
Ishma mengaku kasihan dengan orang tuanya karena keduanya adalah penyandang tunanetra sejak lahir dan hanya mengandalkan pekerjaan menjadi tukang pijat sebagai ladang mencari nafkah. Ayah dari Ishma, Slamet (47), menceritakan kronologi ponselnya diambil oleh pasangan yang mengaku suami istri tersebut.
Pada Rabu lalu, tamu yang tidak mereka kenali mendatangi rumanhnya sebanyak dua kali. Namun ia dan sang istri, Turisah (45), sama sekali tidak curiga karena awalnya tamu tersebut memang hendak mendaftarkan orang tua mereka untuk pijat.
“Sore sekitar Asar itu mereka datang. Katanya mau daftar pijat untuk bapaknya, tapi pijatnya habis Isya,” ujar Slamet.
Sore hari, sekira pukul 17.00 WIB, kedua orang tersebut datang lagi. Mereka menawari Ismha untuk menjadi model rias dan dijanjikan uang saku Rp300 ribu. karena tergiur, akhirnya gadis belia belasan tahun tersebut langsung menyetujuinya. Namun, pelaku beralasan membutuhkan dua model dan menyuruh Ishma mencari model lainnya.
Ishma langsung meninggalkan pelaku bersama kedua orang tuanya. Pelaku juga meminta agar adiknya dibawa serta ketika mencari model yang lain. Kemudian Ishma pergi meminta agar adiknya dibawa serta ketika mencari model yang lain.
Turisah mengaku, saat kejadian ia dan suaminya sebenarnya berada di rumah. Namun karena keterbatasan indra penglihatan mereka, keduanya tidak mengetahui secara pasti apa yang dilakukan oleh dua orang tamu di rumahnya tersebut. Ditengah obrolan mereka, salah satu pelaku memohon diri untuk ke kamar mandi.
Merasa curiga lantaran tamu tersebut cukup lama di kamar mandi dan Turisah mendengar pintu kamar belakang yang kebetulan rusak, seperti dibuka paksa oleh seseorang. Setelah dari kamar mandi, kedua tamu tadi pamit dengan alasan ingin membeli penjepit rambut untuk merias anaknya dan berjanji akan kembali lagi.
“Setelah itu, tamu perempuan itu mengatakan ke saya kalau air keran kok ngalir terus melalui selang. Nah saya ke sumur untuk mematikannya. Padahal selama ini tidak pernah begitu. Tahunya itu untuk memancing saya to,” ujarnya.
Setelah pelaku pergi, Turisah mencoba menghubungi nomor telepon Ishma, tetapi ternyata ponselnya mati. Kemudian Ishma datang bersama temannta dan Turisah sempat ingin marah karena merasa kesulitan menghubungi Ishma. Ishma mengaku tidak membawa ponsel karena ponselnya sedang ia cas di kamar dan tidak pernah dimatikan.
“Anak saya mengecek di kamar. Ternyata HP-nya sudah hilang, dihubungi ndak bisa. Sudah mati. HPnya itu Samsung J4, dua tahun lalu saya beli baru seharga Rp1,8 juta,” cerita Turisah.
Kini keduanya pasrah akan kejadian itu. Mereka melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Playen. Akibat dari kejadian ini, keluarga Ishma harus berpikir bagaimana caranya membelikan anak mereka ponsel baru agar dapat mengerjakan tugas dari sekolah lagi.