Situshiburan.com – Imam besar Masjid Istiqlal Ali Mustafa Yaqub yang hari ini Kamis (28/4) wafat, banyak memiliki pandangan pemikiran soal bulan Ramadan. Sebut saja soal bulan Ramadan yang banyak penyimpangan terjadi.
Ali mengatakan jika 25 penyimpangan selama bulan Ramadan terjadi ketika menentukan awal Ramadan. Dia berpandangan jika penentuan awal Ramadan kali ini tidak sesuai dengan petunjuk nabi. Selain itu Kiai Ali juga menyoroti jika banyak yang salah mengartikan hikmah dari bulan Ramadan.
“Saya mengamati Ramadan saja. Ada 25 penyimpangan Ramadan,” katanya saat berbincang dengan merdeka.com di kantor Bank Bukopin Syariah, Jalan Melawai Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Juli 2015.
Menurut Ali, penyimpangan itu antara lain penetapan bulan Ramadan tidak berdasarkan petunjuk nabi, atau tidak meletakkan dalil syar’i. Kedua, bergembira dengan datangnya Ramadan itu mengharamkan masuk neraka dan mengharamkan maksiat hanya pada bulan Ramadan.
Selanjutnya, pelipatan pahala dan amal hanya bulan Ramadan. Kemudian puasa dan tarawih menghapuskan semua dosa, besar kecil, baik disengaja atau tidak. Tidak boleh berbohong ketika puasa saja, di luar puasa tidak apa-apa.
“Kemudian, hari Nuzulul Quran, biasanya di hari 17, padahal kalau mengikuti hadis itu 24. Ada yang orang berpendapat salat witir itu hanya di bulan Ramadan. Kemudian, menyambut Ramadan itu hanya di minggu-minggu pertama saja,” jelar Kiai Ali.
“Kemudian menganggap pahala salat wajib itu dilipatkan menjadi 70. Kemudian salat sunnah itu menjadi wajib. Sama dengan wajib nilainya. Kemudian menghidupkan malam Ramadan dengan kemaksiatan dan kemungkaran. Ganggu orang lain dan segala macam. Kemudian fenomena pemborosan dan konsumtifisme pada bulan Ramadan. Kemudian ada lagi salat malam per malam, tiap malam Ramadhan. Kemudian membagi Ramadan menjadi tiga, 10 pertama, 10 kedua dan 10 ketiga. Rahmat, Maghfirah dan, itu hadisnya palsu,” sambungnya.
Penyimpangan lainnya, kata Ali, membatasi tarawih hanya 11 rakaat. Kemudian mengaitkan zakat dengan Ramadan yang hanya zakat fitri saja. Kemudian puasa diterima atau tidak tergantung zakat fitri.
“Zakat menyucikan harta salah juga. Idul Fitri hari raya kesucian, salah lagi. Kemudian mengakhirkan buka puasa. Kemudian menggembelkan diri pada bulan Ramadan dengan alasan itikaf, itu juga banyak terjadi. Bermalas-malasan. Kemudian menganggap tidurnya orang puasa itu ibadah. Kemudian 1 tahun jadi Ramadan semuanya,” tutup Ali.
Sumber: Merdeka.com