Inafeed.com – Tahukah kamu apa itu Thifan ?
Thifan pada dasarnya merupakan sebuah nama dari salah satu daerah jajahan Cina yang terletak di Negeri Turkistan Timur, daerah ini kemudian diganti namanya menjadi Sin Kiang yang berarti Negeri Baru (Turkistan: Negeri Islam Yang Hilang, DR. Najib Kalilany).
Dan seiring berjalannya waktu , Thifan bukan merupakan suatu wilayah lagi melainkan dijadikan sebagai sebutan ilmu bela diri muslim yang sudah ada lebih dari 10 Abad yang lalu.
Pada penjelasannya , wilayah Turkistan Barat dijajah oleh Rusia dan akhirnya menjadi bagian dari Uni Soviet. Sebelum islam sampai ke tempat ini, daerah ini memiliki beberapa suku asli seperti: Tayli, Kimak, Doghan, Oirat, Kitan, Mongol, Naiman dan Kati.
Suku-suku tersebut memiliki ilmu beladiri purba berbentuk gumulan, sepak tinju, kagrul (permainan senjata) dan dipadukan dengan kampa (pengaturan napas).
Sekitar abad ke-16, Raja dari Kerajaan Aceh yang bernama Sultan Malik Muzafar Syah mendatangkan para pelatih Thifan asal Turki Timur untuk melatih para bangsawan di Sumatera. Sejak saat itulah nama Thifan mulai dikenal di Indonesia.
Awal Perkembangan Thifan
Thifan berkembang oleh negara Aceh. Pada saat itu negara Aceh menjadi salah satu persemakmuran dari ke khalifahan islam yaitu Turki Utsmani / Ottoman, karenanya Aceh dikirimkan para pendekar dari Turki.
Dan pada abad ke -18, Tuanku Rao dan kawan-kawanya menyebarkan beladiri Thifan ke daerah Tapanuli Selatan, Minang dan akhirnya ke Sumatera bagian timur sampai dengan Riau yang berpusat di Batang Uyun/Merbau.
Thifan juga sampai ke daerah Betawi dan sekitarnya berkat Tuanku Haji atau Hang Udin. Thifan mulai masuk ke pulau Jawa dari para pedagang asal Tartar. Sambil menjual kain, mereka juga sekaligus memperkenalkan Thifan pada masyarakat setempat. Sedangkan di luar Jawa, Thifan disebarkan oleh pendekar yang berpetualang bahkan sampa ke Malaysia dan Thailand Selatan.
Metode Latihan Thifan Po Khan
Pada awalnya, beladiri Thifan Po Khan ini hanya untuk kalangan bangsawan(khan) dan paham agama. Konon katanya, harus mempunyai hafalan Qur’an dan Hadist dalam jumlah tertentu barulah bisa berlatih Thifan.
Thifan terdiri dari 12 tingkatan, 6 tingkatan dasar dan 6 tingkatan selanjutnya disebut tingkatan pendekar dengan metode latihan selama 4-6 jam perhari pada waktu pagi dan sore. Tempat latihannya di pesantren, jadi tidak hanya melatih fisik namun juga belajar ilmu agama dan lainnya, ini mirip seperti para biksu Shaolin yang berlatih kung fu sambil belajar agama Budha di kuil. Di lanah(tempat latihan) tersedia hampir semua jenis senjata dalam thifan yang berjumlah sekitar 12 jenis.
Metode latihannya cukup berat, mulai dari sparring di tepi tebing, tepi laut, atas tonggak, lalu berjalan jauh sejauh 100mil, membaca jejak bahkan sampai memanjat tebing. Karena para tamid (murid) berasal dari kalangan bangsawan, maka sehabis latihan yang berat mereka bisa potong kambing alias makan makanan bergizi. Biasanya lulusan dari Thifan akan menjadi panglima perang atau laksamana.
Perkembangan Thifan Zaman Sekarang
Ust AD Marsedek adalah orang yang mengenalkan Thifan Po Khan untuk masa modern (sekarang) dan masih keturunan asli Tartar (nama Marsedek sendiri berarti Umar Sidik dalam dialeg Urwun) Khususnya di Jawa Barat. Beliau merupakan guru besar dari Thifan Po Khan di Indonesia.
Pada jaman Orla (Order lama atau masa presiden Soekarno) ketika PKI sedang berjaya, banyak santri maupun ustad menjadi incara para komunis, kejadian ini mirip dengan kejadian revolusi budaya Cina pada zaman Mao Tse Tung. Untuk menghadapinya, banyak dari santri dan ustad di daerah Jawa Barat yang mempelajari Thifan Po Khan.
Selain ancaman dari PKI, pada saat itu juga bermunculan aliran beladiri dari luar yang tidak sesuai dengan syariat keislaman. Melihat itu, ust Marsedek mendirikan Thifan Po Khan sebagai pilihan bagi para muslim yang ingin belajar beladiri islami.
Pada awalnya, latihan Thifan dilakukan pada malam hari(mengikuti metode asalnya), ini dilakukan agar jurus tidak dicuri oleh lawan.
Ketika masuk zaman Order Baru (masa presiden Soeharto), PKI sudah diberantas sehingga umat muslim tidak lagi dalam ancaman, sehingga semangat berlatih yang tadinya membara mulai padam. Juga karena rezim Orde Baru agak alergi dengan sesuatu yang berbau islam, termasuk beladiri muslim.
Metode Latihan Thifan Zaman Sekarang
Pada zaman ust Marsedek, latihan thifan cukup keras, terkadang tahun pertama belum belajar jurus, masih latihan fisik. Metodenya masih metode lama, yaitu metode 12 tingkat dengan porsi latihan seminggu sekali selama 4 jam. Thifan yang masih menggunakan metode ini adalah thifan yang memakai seragam biru atau putih telur asin.
Pada sekitar tahun 90-an, kepemimpinan Thifan jatuh ke tangan murid terbaik ust Marsedek, yaitu ust Habib. Berbagai lanah Thifan dan Taesyukan kemudian berafiliasi kesini, lalu lahirlah Tsufuk yang menandakan Thifan asli dari ust Marsedek. Ini juga untuk menandakan bahwa Tsufuk sebagai cabang tersendiri. Thifan Tsufuk memiliki seragam berwarna merah dengan strip hijau dengan lambang tulisan dan gambar tsufuk.
Lalu Ust Habib mengubah metode latihan agar sesuai dengan zaman sekarang, agar beladiri ini cocok dipelajari berbagai kalangan seperti para pekerja, mahasiswa maupun orang yang memiliki aktivitas lainnya.
Fokus latihan pada Thifan Tsufuk ini berfokus pada pengolahan jurus / teknik. Lama latihan menjadi 2 jam namun bisa seminggu 2 kali dan ditambah dengan PR di rumah. Latihan fisik dikurangi, pus up dan skotjam dihapus. Beberapa gerakan seperti lompat harimau dan salto tidak dianjurkan untuk orang dewasa. Metode 12 tingkat diubah menjadi metode BAB:
BAB 1: mempelajari pukulan dan langkah.
BAB 2: mempelajari tendangan dan kombinasi tendangan.
BAB 3: mempelajari pukulan lurus depan, tendangan, kombinasi tangan dan kaki.
BAB 4: mempelajari tangan terbuka atau tangan kipas.
BAB 5: mempelajari patahan dan kuncian.
BAB 6: mempelajari teknik asahan serangan melayang.
BAB 7: mempelajari teknik asahan senjata.
Lalu sekitar tahun 2002, lahirlah tahapan tsenkay yang berjumlah 6 tingkat sebagai pendahuluan, tsenkay berisi jurus-jurus dari bab 1 sampai akhir yang dirangkai menjadi sebuah gerakan. Gampangnya pada tahapan tsenkay, anda akan belajar berjurus dengan cepat, lalu selanjutnya jurus anda akan di asah pada tahapan bab, sehingga serangan menjadi lebih tajam.
Walaupun syarat untuk belajar Thifan sudah tidak harus bangsawan, namun ada syarat yang tetap tidak boleh dilanggar, yaitu harus beragama islam. Ini sesuai dengan petuah para Badur / Pendekar pada masa lalu yang berbunyi “Bahwa ilmu ini di wakafkan/ diberikan cuma- cuma untuk umat islam dan untuk membela islam”.
Prinsip-prinsip dalam Thifan
- Tidak menyekutukan Allah, tidak percaya pada takhayul, khurafat dan tidak berbuat bid’ah dalam syara.
- Berusaha amar ma’ruf nahi munkar (mengajak berbuat kebajikan dan melarang berbuat kemungkaran).
- Bertindak teliti dan tekun mencari ilmu.
- Tidak menganut asas ashobiah (kesukuan, kelompok).
- Tidak menggunakan lambang-lambang, upacara-upacara, dan penghormatan-penghormatan yang menyalahi syara.
Urutan Latihan Thifan Tsufuk
- Pemanasan Umum (General Warming Up);Senam sendi :
leher, bahu, sikut, tangan, pinggang, pinggul, kaki atas, lutut, dan pergelangan kaki. - Senam jantung (aerobik) :
berlari di tempat dan lompat tali. - Dinamic stretching : tangan dan kaki.
Latihan power (dengan senam pernafasan) :
- Pengerasan perut, dada, leher, kepalan tangan, jari, kaki, dan seluruh tubuh.
- Pemanasan Spesifik (Specific Warming Up)Dalam tahapan ini, tamid melakukan teknik bela diri dengan perlahan, tidak boleh menggunakan tenaga yang besar karena badan belum sepenuhnya siap untuk menerima gerakan berat (full power). Pemanasan spesifik ini merupakan persiapan untuk masuk ke latihan utama.
- Latihan Utama (Main part of training)Pada tahap ini dilakukan semua teknik bela diri sesuai dengan metodologi yang digunakan.
- Pendinginan (cooling down)Pada tahap ini dilakukan relaksasi tangan dan kaki untuk menutup pelatihan yang telah dilakukan.
Seiring berjalannya waktu , Thifan memiliki banyak jenis dan metode pembelajaran yang berbeda.Salah satunya jenis Thifan Po Khan (kepalan tangan bangsawan) yang merupakan ilmu beladiri yang dikembangkan oleh suku-suku muslim di dataran Cina.
Thifan Po Khan merupakan perpaduan dari berbagai macam beladiri dari suku – suku muslim di dataran saldsyuk(seljuk) Cina.
Pada waktu itu, seorang bangsawan dari suku Tayli yang bernama Je’nan menghimpun berbagai macam ilmu beladiri yang tersebar dari taran Saldsyuk sampai dataran Cina. Bersamaan dengan para pendekar muslim lainnya yang memiliki berbagai keahlian beladiri seperti gulat Mogul, Tatar, Saldsyuk, silat Kittan, Tayli, lalu mereka membentuk sebuah aliran baru yang bernama Shurul Khan.
Hingga pada akhirnya , Thifan semakin terkenal, terbukti dari beberapa stasiun televisi yang datang untuk meliput seperti liputan TV ONE dan Liputan TRANS TV.
Dan perlu untuk kamu ketahui jika Thifan ini bukan merupakan ilmu bela diri dalam kategori musyrik. Melainkan Thifan adalah ilmu yang sudah ada sejak zaman Nabi.
BahkanThifan bisa dijadikan sebagai bekal ilmu dalam bela diri sebagai persiapan ber i’dad seorang muslim. Beladiri yang dipelajari haruslah sesuai dengan syari’at. Dikutip dari perkataan Ustadz Ammi Nur Baits (dewan pembina Konsultasisyariah.com), beladiri yang sesuai syariat haruslah:
Beladiri hanyalah sebagai olah raga dan permainan. Jangan jadikan beladiri sebagai sebab membenci seseorang hanya karena berbeda aliran.
Allah berfirman,
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ
Persiapkanlah untuk menghadapi mereka, segala kekuatan yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu (QS. al-Anfal: 60)
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mati, sedang ia tidak pernah berjihad dan tidak mempunyai keinginan untuk jihad, ia mati dalam satu cabang kemunafikan.” Muttafaq Alaihi.
Dari Anas bahwa Nabi SAW bersabda: “Berjihadlah melawan kaum musyrikin dengan hartamu, jiwamu dan lidahmu.” Riwayat Ahmad dan Nasa’i. Hadits shahih menurut Hakim.
Dari Jundub bin Abdillah al-Bajali Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قُتِلَ تَحْتَ رَايَةٍ عِمِّيَّةٍ يَدْعُو عَصَبِيَّةً أَوْ يَنْصُرُ عَصَبِيَّةً فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ
Siapa yang terbunuh karena latar belakang yang tidak jelas, menghidupkan semangat kesukuan atau membela kelompok, maka dia mati dalam kondisi jahiliyah. (HR. Muslim 1850).
Semoga bisa menambah wawasan kamu ya guys.